Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi
contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi
(Wikipedia.org). Jabatan, gelar, maupun pangkat bukan merupakan penentuan jiwa
kepemimpinan dalam diri seseorang.
I don’t think you have to be wearing stars on your shoulders or a title to be a leader. Anybody who wants to raise his hand can be a leader any time (General Ronal Fogleman, US Air Force).
Kepemimpinan
sesungguhnya adalah hasil dari sebuah proses transformasi internal atau
perubahan karakter atau sifat, merupakan proses panjang perubahan dalam diri
seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal, bahasa kerennya leadership
from the inside out. Ketika seseorang telah menemukan visi dan misi dalam
hidupnya, ketika seseorang telah menemukan kenyamanan pada dirinya sehingga
membentuk karakter yang kokoh, ketika ucapan dan perbuatannya berpengaruh bagi
lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong dan membuat perubahan dalam
kelembagaannya, saat itulah seseorang lahir sebagai pemimpin yang sesungguhnya.
Kepemimpinan
muncul dengan sendirinya dari dalam diri, dan merupakan sebuah penentuan
keputusan seseorang untuk mau menjadi
pemimpin, menjadi pelayan, baik bagi dirinya sendiri, keluarganya, agamanya,
maupun bagi negerinya.
Kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya (Kenneth Blanchard).
Hal ini juga diungkapkan oleh Presiden Iran saat ini,
Ahmadinejad ketika di wawancarai oleh TV Fox (AS)
“Saat anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang anda katakan pada diri anda?” Jawabnya: “Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya: “Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran .”
Begitu
luar biasanya sosok pemimpin yang sesungguhnya. Pemimpin yang menyadari bahwa
dirinya adalah pelayan bagi yang dipimpinnya. Pemimpin yang memiliki ‘value’
dalam memimpin.. Hal ini menyebabkan timbulnya kepercayaan hakiki, menjadikan pemimpin sosok yang dihormati,
dan dijadikan teladan bagi yang dipimpinnya, bahkan untuk yang lainnya.
Kepemimpinan dalam sebuah lembaga
atau organisasi adalah hal mutlak. Pemimpin membawa sebuah visi kemajuan
bersama untuk suatu lembaga atau organisasi. Disinilah peran penting seorang
pemimpin, bagaimana ia dapat membawa visi pribadinya menjadi visi bersama dalam
lembaga atau organisasi. Begitu heterogennya individu-individu anggota dalam
suatu lembaga atau organisasi menjadikan tantangan tersendiri bagi seorang
pemimpin. Menyatukan perbedaan tersebut, menjadikan perbedaan tersebut menjadi
sebuah kekuatan bersama bagi lembaga atau organisasinya. Perubahan karakter
adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin. Tanpa adanya perubahan dari dalam
seorang pemimpin, tanpa kedamaian diri, kerendahan hati, tanpa adanya
integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi
serta misi yang jelas, seseorang tidak akan menjadi pemimpin yang sesungguhnya.
Seni memimpin pada masing-masing
individu tentulah berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, seorang pemimpin yang
sesungguhnya adalah pemimpin yang mampu menjadi pemberi semangat (encourager)
yang dapat ditunjukkan dalam bentuk apapun hingga dapat menimbulkan aura positif
dalam lembaga atau organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin yang mampu menjadi
seorang motivator, inspirator, sehingga menjadikan sosok pemimpin sebagai
teladan bagi yang dipimpinnya bahkan bagi lingkungan sekitarnya. Pemimpin yang
menjadi maximizer, yang mampu menyatukan perbedaan-perbedaan yang terdapat
dalam lembaga atau organisasi yang dipimpinnya, menjadikan perbedaan sebagai
kekuatan bagi lembaga atau organisasi tersebut.
Melihat realita saat ini, dimana
kepemimpinan hanya sebuah gelar, jabatan, bahkan hanya sebuah formalitas
belaka. Jabatan pemimpin hanya sebuah syarat adanya suatu lembaga atau
organisasi. Pemimpin yang belum paham makna sebuah jiwa kepemimpinan yang
sesungguhnya. Pemimpin yang tidak menyadari bahwa sesungguhnya mereka adalah seorang
‘pelayan’, menjadi sosok yang seharusnya dijadikan teladan bagi yang
dipimpinnya. Pemimpin yang tidak memiliki ‘value’ dalam memimpin. Mungkin hal
ini yang menjadikan pemimpin saat ini sudah tidak dijadikan sosok yang
dihormati, tidak dijadikan sosok yang disegani, atau dijadikan teladan. Bahkan
menjadi bahan sindiran, menjadi headline dalam setiap pembicaraan anggota-anggotanya
bahkan menjadi bahan cibiran rakyat terhadap Presidennya. Miris memang. Ketika
visi yang diusung tidak berjalan sebagaimana mestinya, ketika program yang
berjalan masing-masing, ketika kepercayaan itu telah hilang, ketika suatu
lembaga atau organisasi menjadi sebuah perkumpulan yang’berpetak-petak’. Hanya
ada ‘adegan’ saling menyalahkan, keputusan sepihak, sikap tidak peduli satu
sama lain. Hal yang ironis adalah saat
seorang pemimpin sudah benar-benar meninggalkan tanggung jawabnya
sebagai pemimpin.
Apa yang harus dilakukan?
Menjadi pribadi dengan jiwa kepemimpinan
bukan hanya hak seorang yang memiliki gelar pemimpin dalam lembaga atau
organisasi, tapi juga hak milik bagi setiap individu. Menyikapi realita saat
ini, dimana pemimpin menjadikan jabatan kepemimpinannya hanya sebuah
formalitas. Merupakan peran penting bagi individu yang memiliki jiwa
kepemimpinan, minimal dapat memimpin dirinya sendiri. Bagaimana ia dapat menempatkan
dirinya dalam posisi yang ‘pas’ di lingkungannya, menempatkan posisi yang baik
dalam lembaga atau organisasinya. Saat pemimpin itu memang dibutuhkan dalam
suatu lembaga atau organisasi, tidak dipungkiri bahwa sering terdapat pemimpin
yang meninggalkan tanggung jawab dalam lembaga atau organisasinya. Individu
yang memiliki jiwa kepemimpinan akan selalu menyadari posisi dirinnya dimanapun
ia berada, termasuk dalam lembaga atau organisasinya. Seorang yang memiliki
‘value’, memiliki rasa tanggung jawab khususnya untuk dirinya dan untuk sekitar
pada umumnya. Vakum atau dianggap tidak berpengaruhnya posisi seorang pemimpin
dalam lembaga atau organisasi tidak menjadikan alasan bagi individu yang telah
memiliki jiwa kepemimpinan, yang telah memiliki ‘value’ dalam lembaga atau
organisasinya untuk berhenti dalam tanggung jawabnya. Ia akan melanjutkan
tanggung jawab tersebut dengan sebaik-baiknya. Hingga terwujud jiwa
kepemimpinan dari setiap individu. Individu yang dapat memimpin dirinya dan lingkungannya.
Allahua’lam bisshowab ^_^