Senin, 29 Februari 2016

HARAP MAKLUM YA!

Pernah dengar tentang motto hidup?
Atau semacam kalimat-kalimat motivasi yang sering jadi penghias Curriculum Vitae (CV) kebanyakan?
Yang itu seharusnya bukan hanya menjadi pelengkap atau penghias CV saja, tapi juga menjadi kalimat pengingat saat diri kehilangan kendalinya.

Ada salah satu kalimat motivasi (walaupun ini bukan kalimat yang sering saya tuliskan di CV) yang pernah saya dapat dari perguruan Pencak Silat di daerah Jawa Barat. Di perguruan tersebut para pelatih (guru) menanamkan satu kalimat yang diharapkan itu dapat benar-benar tertanam dalam diri setiap muridnya, dan salah satu kalimat yang membuat saya terinspirasi,

 " Turunkan Ego dan Maklumi Orang lain." 
Para pelatih sangat paham, jika kemampuan bela diri sering membuat orang lupa kendali, bahkan sombong. Dengan adanya kalimat pamungkas ini, harapannya para murid tidak lantas 'asal bacok' ketika dihadapkan pada sebuah konflik, tidak melakukan penyerangan lebih dulu. Kemampuan bela diri ini sifatnya tak lain hanya untuk melindungi diri bukan untuk menyerang. Oleh karena itu, terpilihlah kalimat motivasi tersebut.

Kalimat motivasi ini, sangat cukup berpengaruh dalam hidup saya. Ketika saya ingin marah, kecewa, atau memiliki prasangka terhadap orang lain saya coba bangunkan diri dan kembali mengingat kalimat tersebut, tarik nafas dan istighfar. Mencoba menyadarkan diri bahwa setan sedang masuk dan mengandalikan hati, dan yang lebih parahnya adalah bahwa ia sedang membuat diri ini menjadi anak kecil. Mau?!

Hal yang sangat sulit memang,
Ketika ingin marah, tapi harus mengingat bahwa manusia adalah tempat dan berhak salah.
Ketika ingin menjudge seseorang, tapi kembali harus ingat bahwa yang terlihat belum tentu benar adanya. Ah, that moment when you hate but love humans at the same time!

Rasulullah saw. dialah sebaik-baiknya teladan 
Siapa manusia yang pernah dilemparkan kotoran saat sedang shalat, tapi justru ia yang pertama kali menjenguk saat orang yang melemparinya dengan kotoran tersebut sakit?
Siapa manusia yang sabar menunggu seseorang yang sedang buang air kecil di masjid dan membersihkannya setelah selesai, bukan malah memarahinya atau mengusirnya?
Siapa manusia yang setiap hari mengunjungi seorang tua buta dan memberikannya makan, padahal setiap ucapan yang keluar dari mulut si tua adalah semua tentang kebencian si tua terhadap dirinya?

Sudah sampai mana tingkat sabar kita? Tingkat seringnya kita memaklumi dan berprasangka baik terhadap orang lain?

Kita tidak bisa buru-buru menilai orang lain, karena sungguh yang kita ketahui hanya terbatas. Berprasangka baik adalah cara terbaik dan termudah untuk bertindak adil terhadap orang lain.  


Allahua'lam bisshowab
Sedang membayangkan, ketika isi dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang mampu menurunkan ego dan memaklumi orang lain. Indahnya!






2 komentar:

Anonim mengatakan...

Super bundo!

Anisa Nurina mengatakan...

Siape nih?