Kamis, 07 Januari 2016

Mie Level

Di Tembalang, ada kuliner yang terkenal banget. Nama warungnya 'Mie Level Pak No'. Warung yang terletak di daerah Tirtoagung ini gak pernah sepi, selalu ramai. Sedia makanan yang spesial banget, ya Mie Ayam Goreng (miago). Biasa ya? Emang, tapi spesialnya adalah Mie Ayam Gorengnya ber-Level. Level pedas, dari 0 s.d. tak hingga. Kabarnya pihak warung akan menggratiskan setiap ada yang mampu mencetak level baru, paling pedas dari sebelum-sebelumnya. Berani coba? Pastinya, ini warung recommended banget lah. Belum afdol kalo ke Tembalang gak mampir warung ini. 


Ada hal yang sering saya lakukan jika bekunjung ke warung ini, selain makan pastinya. Mengamati ekspresi dari para pelanggan saat dan setelah mereka makan miago level, yiha! Beragam ekspresinya. Dari mulai tiup-tiup, manyun-manyun bibirnya nahan panas, mangap-mangap sambil buang nafas dari mulut, kipas-kipas pakai tangan sambil panik nyari tissue, ada yang berdiri sejenak (sambil mikir, ada ya hubungan kepedesan dengan berdiri! Apakah berdiri  mengurangi tingkat kepedesan? Entahlah), belum lagi mereka si berkacamata yang sesekali nge-lap kacamata karena terlalu panas hingga kacamata terhalang uap panas. Paling hectic adalah saat miago datang lebih dulu dari minum terus bingung milih antara makan dulu atau nunggu minum, emang setiap pilihan ada resiko yang harus diterima. Jika memilih nunggu minum, rasanya itu air liur sulit dikendalikan, tapi jika memilih untuk makan lebih dulu ya pasti resikonya harus kuat nahan pedas, ah dunia! Maaf lho ya untuk semua korban yang terlibat dalam pengamatan kecil saya ini, makasih :)

Berbicara tentang miago level dan ekspresi para penikmatnya, saya jadi teringat dan ingin sekali meng-analogikan. Ibarat mie itu adalah ujian kesabaran, yang memiliki level tertentu dan ekspresi dari para penikmat mie ayam goreng level adalah sikap masing-masing dari kita dalam menghadapi ujian kesabaran tersebut. 

Intinya, ujian kesabaran yang sering mampir di tongkrongan hidup kita ini tentu hadir sesuai dengan kemampuan masing-masing dari kita, gak akan lewat dari batas kemampuan itu. Sama, ketika kita pesan miago level, mampunya level berapa? Pastilah yang kita pesan yang sesuai dengan kemampuan kita, pastilah juga kita sudah mengetahui sampai mana perut masing-masing menahan efek pedasnya. Setinggi-tingginya level ujian kesabaran yang kita hadapi tentu tidak akan selesai jika kita lupakan dan tinggalkan begitu saja bukan? Ya, semua harus dilewati. Yah, anggap saja proses melewati itu adalah beda tipis dengan menikmati. Sama kan? Melewati ujian kesabaran den menikmati mie ayam goreng level. Nyam...

Begitulah seharusnya kita menghadapi ujian kesabaran dalam hidup. Menikmati! Karena ujian akan terus hadir dalam hidup, seperti Warung Pak No yang tidak pernah sepi. Ia akan lalu lalang ketika kontrak hidup kita masih ada di dunia ini. Selesai ujian satu, pasti akan hadir ujian yang telah menunggu untuk siap dinikmati.

Ambil sebanyak-banyaknya hikmah dan pelajaran yang membuat pribadi semakin baik, baik lagi, dan baik terus.Menjadi beda dalam penyikapan tak masalah, wajar adanya. Setiap kita memiliki cara berbeda menghadapi ujian kesabaran. Beda cara menyambut, melewati, hingga buat solusi. Beda cara pasang antibodi dan nambah sistem imun diri. Tapi satu hal yang pasti, yang sama-sama kita lakukan adalah menikmati! 

Menikmati, seperti mereka para penikmat miago Pak No, mereka sang penikmat ujian kesabaran.

Amanah juga ujian kesabaran loh, sama seperti miago level yang telah terhidang di hadapan kita. Siap untuk dihabiskan (diselesaikan). Innalillah...

Allahua'alam bisshowab....

-Menikmati, saat ikan sudah bobok-

Tidak ada komentar: