Ada tema lain sebenarnya, tapi ingin nulis tentang ini. Sungguh!!!
Sering ya kita
berjanji pada seseorang. Atau sebaliknya, banyak yang sering janji kepada kita.
Ya, intinya membuat janji antara aku dan kamu, antara kita. Akhirnya menemukan
kata sepakat! Janji dalam kesepakatan apapun. Janji yang telah disepakati, tak
jarang kata ‘tepat waktu’ menjadi bumbu utama dalam tiap pembahasaannya. Namun
terkadang atau bahkan sering, janji yang telah disepakati ternodai oleh mereka
yang suka ‘tidak tepat waktu’. Mungkin kala itu juga, kita langsung berpikir dan
menduga – duga bahwa ia orang yang tidak disiplin, lalai, cuek, dan sebutan
lain yang bersifat hujatan. Rasanya, percuma saja menanyakan alasan mengapa ia
begini, ia begitu.
Namun...
Bagaimana jika
ternyata ia adalah seseorang yang tidak pernah sekalipun terlambat atau mengingkari
janji kepada siapapun kecuali pada hari itu, hari perjanjian diantara kita.
Bahwa sesungguhnya ia adalah orang yang disiplin, penuh tanggung jawab, komitmen.
Hanya saja di hari ketika ia berjanji untuk bertemu, secara mendadak teman satu
kostnya sakit keras dan harus segera dibawa ke Rumah Sakit, belum lagi harus
merapikan barang bawaan temannya. Niat untuk mengabarkan keterlambatannya,
namun siapa mengira jika baterai handphonenya
lemah, kemudian mati. Ingin segera berangkat dan menuju tempat kesepakatan
janji, lagi-lagi siapa sangka jika
ban motornya bocor dan harus ditambal. Terlambatlah hari itu, ingkar janji.
“Berpihak pada prasangka baik selalu jauh lebih baik dan berpahala daripada berpihak pada prasangka buruk.”
Dalam setiap janji
yang kita sepakati, sesungguhnya mengandung tanggung jawab yang besar.
Bersamaan itu pula, tanpa sadar kita telah menambah koleksi ‘dosa’ pada yang
lain jika mendzalimi dengan mengingkari janji. Mungkin memang hanya sebentar
perasaan kecewa, kesal dan akan selesai ketika sudah diklarifikasi, tapi pada
intinya kan pernah ‘mampir’ yang artinya sempat mendzalimi orang lain. Ehehe.
Tapi ya, betapa banyak
kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan kita yang berpeluang menjadi baik
ataupun menjadi buruk. Sungguh! Kita selalu bisa memilih untuk menduga kemungkinan
mana yang paling besar peluangnya, baik atau
buruk.
Perhatikanlah bahasa
Allah yang selalu indah dan nikmat didengan bagi tiap hambaNya :
“Jauhilah banyak
prasangka buruk. Kabanyakan prasangka buruk itu dosa. Jangan kamu mencari –
cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu menggunjing orang lain.”
Mari perbanyaklah prasangka baik terhadap siapapun, Allah dan tentunya kepada orang - orang di sekitar kita. Karena pada hakikatnya, segala sesuatu yang mungkin kita keluarkan atau persembahkan pada lingkungan disekitar kita itu akan kembali pada diri kita sendiri, termasuk soal baik atau buruk.
Allahua'lam bisshowab
Menagih janji, 1 Mei 2014 (00.00)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar