Kehidupan nyata memang lebih banyak menyita waktu, hingga baru
sempat nulis tentang hari bersejarah 11 hari yang lalu, 30 April. Insya Allah,
tanggal ini akan terus ada setiap tahunnya dibarengi dengan kontrak hidup yang
semakin berkurang. Tentu akan selalu berusaha mengisinya dengan segala
kebermanfaatan yang ku mampu.
Sejenak berpikir, bahwa sudah cukup lama raga dan jiwa ini
berlalu lalang di bumiNya, 21 tahun. Menikmati setiap kesempatan yang belum
maksimal ku gunakan sebagai bentuk syukur kepadaNya. Pun dengan keberadaanku di
tengah – tengah para penduduk bumi, terkhusus pada kedua orang tuaku.
Pilihan merantau di kota orang, membuat jarak aku dan orang
tuaku berjauhan. Semarang – Tangerang, sekitar 502 km atau 8 jam waktu yang
ditempuh dengan Kereta Api. Namun sebenarnya, jarak paling jauh diantara kami
adalah waktu.
Ibu mengatakan dalam teleponnya bahwa susah tidur akhir –
akhir ini. Info yang biasa beliau sampaikan jika anak perempuannya ini belum
nampak 2 atau 3 bulan di rumah. Sebenarnya, ini adalah pernyataan sekaligus
perintah atau penggilan pulang lebih tepatnya. Aku lebih senang menanggapinya
dengan candaan, dan pengertian tentunya sambil menahan suaraku yang takutnya
tiba – tiba saja berubah atau hilang.
Kemudian, aku selalu terbawa alur pikiranku menuju masa –
masa dimana aku sering membuat mereka dalam keadaan payah di masa kecilku. Masa
remajaku yang menjadi ujian kesabaran, hingga membuat mereka tak jarang
mengelus dada. Segala perbuatan dan perkataanku yang sering menyakiti mereka.
Tentang anak perempuan mereka yang belum kunjung menjadi anak yang shalihah.
Seketika, aku ingin waktu berhenti. Aku ingin berhenti
dewasa, ingin menjadi anak kecil. Aku ingin orang tuaku berhenti menua. Aku ingin
selalu bersamanya, dalam dekapan kasih sayangnya, pangkuan cintanya.
Meninggalkan tugas kampus yang justru menghabiskan waktuku yang seharusnya ku
gunakan untuk menemani mereka.
Aku ingin menemaninya setiap waktu. Aku ingin menyeduhkan
kopi setiap pagi, membuatkan nasi goreng untuk sarapan bersama. Memasakkan
makanan yang mereka suka. Mencuci dan menyetrika bajunya. Shalat berjama’ah.
Menemani berbelanja, atau ke toko buku. Menemani kemanapun yang mereka suka. Menemani
mereka keliling Indonesia dan dunia. Walau hingga ruh dan raga ini berpisah
nantinya, pasti tak akan mampu membalas segala kebaikan mereka. Tapi sungguh,
aku ingin melakukannya.
Namun, waktu akan terus berjalan tak akan pernah berhenti.
Apalagi berhenti untuk mendewasa maupun menua. Kehidupan ini akan terus
berjalan, memenuhi haknya. Hingga haknya dicabut oleh Sang Pemilik. Begitupun
kehidupan kita yang seharusnya senantiasa berkembang, tak hanya menjadi menusia
– manusia yang selalu merasa puas atas segala capaian hidupnya. Bertambahnya
usia ‘nyampah’ kita di dunia, seharusnya dibarengi dengan jejak – jejak karya
kebaikan yang akan kita tinggalkan nanti. Setiap detik, sesungguhnya adalah waktu dimana nikmat kesempatan itu hadir untuk kita memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri untuk orang - orang yang kita cintai. Lakukanlah, selagi sempat! Termasuk menyelesaikan studi dengan sebaik - baiknya.
“Maaf kalo sampai 21 tahun ini Anis belum bisa memberikan apa – apa. Justru banyak perilaku yang sering membuat marah dan sakit hati. Terimakasih karena telah membimbing Anis sejauh ini. Anis gak akan pernah bisa ganti semuanya. Hanya selalu berusaha menjadi anak shalihah agar mampu memberikan mahkota terindah di SyurgaNya nanti.”
Allahua'lam bisshowab
Untuk kedua orang tuaku, 110514
Tidak ada komentar:
Posting Komentar