“Pemimpin paripurna adalah pemimpin yang sudah selesai dengan urusan dirinya. Ia tak lagi berburu kekayaan, ketenaran, kebanggaan, kenikmatan, ataupun atribut protokolernya, karena yang dikejar hanya bagaimana rakyat bisa tersenyum bahagia.” (Wiranto)
Senin, 20 Januari 2014
lalu saya dalam perjalanan balik dari Wonogiri menuju Semarang. Seperti biasa,
saya merogoh kocek untuk membeli koran untuk menemani perjalanan saat itu. Koran
SOLOPOS yang akhirnya menarik saya untuk mengambilnya. Seperti koran-koran
kebanyakan, di halaman pertama berisi headline-news
yang biasa membuat kepala pening seketika. Permasalahan bangsa yang sepertinya
tak akan tuntas bahkan malah ditambah oleh masalah-masalah lain yang sebenarnya
timbul dari diri kita masing-masing. Hingga rasanya masalah-masalah itu
menumpuk dan membuat banyak jiwa tidak bergerak untuk menuntaskannya. Tak
sadarkah jika setiap jiwa sejatinya membawa masalah bagi lingkungannya? Ah
sudahlah, mari lanjutkan.
Membuka halaman
selanjutnya, juga masih informasi yang berisi kabar terkini Solo dan sekitarnya.
Perjalanan masih panjang untuk bisa menuntaskan ‘sarapan pagi’ ini. Setelah
kenyang dengan beberapa menu yang disuguhi, saya sejenak
tertegun melihat salah satu judul di kolom gagasan. “Mari Ber-KEPO-ria untuk
Indonesia Lebih Baik” (lebih kurang begitu judulnya) ditulis oleh seorang
pegawai SOLOPOS juga (lupa nama penulisnya karena koran ada di Semarang). Judul
yang menarik pikir saya. Langsung saya KEPO juga untuk membacanya. Di dalam
tulisannya, ia menuliskan tahun 2014 adalah tahun untuk ber-KEPO-ria untuk para
calon rakyat yang akan rakyat pilih di 9 April nanti.
Ini menurut saya
KEPO yang merupakan akronim dari Knowing Every Particular Object merupakan kata yang akhir-akhir ini kerap kali
menghiasi obrolan anak-anak muda bahkan orang tua.
“Rumah kamu dimana?”
“Wooo, kepo!”
![]() |
sumber |
Para calon rakyat yang
saat ini gagah serta jelita menghiasi pohon-pohon pinggir jalan atau bahkan
yang sudah hampir masuk menghiasi rumah-rumah penduduk dengan kalender tahun
baru 2014, bukan hanya menjadi konsumsi mata yang sebenarnya tak lapar. Para calon
rakyat itu butuh di kepoin, siapa namanya, tinggalnya dimana, pendidikan,
pengalaman, hingga partai politik yang mengusungnya. Tidak hanya sekadar nama, titel,
atau partai yang terpampang jelas. Jika sudah mengetahui lebih tentang para
calon rakyat tersebut, pasti akan lebih mudah menentukan siapa saja yang berhak
untuk berdiri gagah dan tegap, mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk mewakili
dan membela rakyat sesuai kondisinya. Siap kena terjang jenis apapun badai yang
menghadang. Dan akan tetap konsisten tanpa terserang penyakit post power syndrom yang biasa diderita
wakil rakyat.
“Memimpin itu seperti mencintai musim. Hingga ia tahu harus berpakaian seperti apa saat menghadapi musim dingin, panas, semi, bahkan gugur sekalipun.”
(Anis Matta)
Masih banyak waktu
menuju 9 April 2014. Masih banyak waktu untk ber-KEPO-ria pada para calon wakil
rakyat ini. Terlebih sebagai mahasiswa yang katanya memiliki intelektual lebih di
negerinya, yang katanya dekat dengan petinggi negeri, tak apatis dengan
permasalahan negerinya. Ah sudahlah, siapapun kita saatnya ber-KEPO-ria menuju
Indonesia lebih baik. Karena sesungguhnya, orang-orang KEPO adalah orang-orang
yang memberikan perhatian lebih dan khusus pada objek yang diKEPOin. Kamu masih
cinta INDONESIA? Yuk ber-KEPO-ria untuk Indonesia Lebih Baik.
Allahua’lam
bisshowwab...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar