Yap, 2014! Banyak hal yang telah dilalui bangsa ini. Mulai hal yang
baik hingga hal yang buruk. Tak dipungkiri memang, jika bangsa ini mengalami
masalah pelik yang tak kunjung sudah. Hampir di setiap sudut negeri ini kita
jumpai masalah dan kegilaan dalam bentuk yang tak menentu. Mulai dari
pengendara menerobos lampu merah yang dianggap biasa saja, pemandangan asap
rokok dari mulut pelajar yang membuat kita mengelus dada, hingga belitan
korupsi yang ‘melenakan’. Banyaknya momentum yang terjadi di 2013, sudah menjadi
memori untuk bangsa ini.
Semua memori itu bisa membuat kita berpikir untuk benar-benar antusias
memperbaiki kondisi bangsa atau malah hanya menjadikannya sebagai pelengkap
sarapan pagi. Namun satu hal penting yang harusnya sama-sama menjadi bahan
renungan bagi kita. Ketika banyak kejahatan dan kegilaan yang berserakan dan
mudah ditemui di pelosok negeri ini. Soal ketidaktertiban, ketidaktepatan waktu,
bobroknya moral bangsa, hingga korupsi yang telah lama membelit negeri ini. Kondisi
ini yang sering membuat kita terbiasa untuk mengutukki kondisi negara kita.
Bahkan, hingga membuat malu untuk mengakui bahwa kita adalah bagian dari
penghuni negeri ini. Namun sadarkah? Siapa sesungguhnya yang sering kita
kutukki itu? Saat berbicara tentang ketertiban, tanpa disadari kita sering
menerobos lampu merah sewaktu tergesa-gesa padahal tinggal hitungan detik untuk
menunggu merah menjadi hijau. Saat protes terhadap ketidaktepatan waktu, sudah
lupakah saat kita beberapa kali datang terlambat di jam kuliah? Saat kita dengan
lantang mengatakan bobroknya moral bangsa ini, mungkin kita lupa sudah berapa
kali berbohong pada seseorang walaupun dengan alasan 'untuk kebaikan' atau memberikan ‘uang damai’ saat kena
tilang. Saat kita keras menuntut kejelasan pertanggungjawaban mengenai uang
plesiran anggota dewan ke luar negeri, kita tak pernah sadar bahwa juga telah
banyak pengeluaran bulanan yang sering tidak dipertanggungjawabkan kepada orang
tua kita. Maka saat kita mengutukki kondisi bangsa ini, tanpa disadari bahwa
kita telah mengutukki segala perbuatan kita sendiri. Nampaknya, seperti itulah
kondisi kita. Kita mengutukki kondisi kacau bangsa ini, padahal itu tidak lain
adalah cerminan dari diri kita sendiri.
Maka, saatnya kita mulai sadar bahwa sesungguhnya masalah-masalah
bangsa yang sering kita bicarakan berasal dari diri kita sendiri. Bahwa
sesungguhnya, masalah-masalah ini tidak hanya dipandang sebagai ketidakmampuan
pemerintah untuk mengatasinya, namun juga sebagai kesalahan kita yang terus
diulang. Tidak salah memang, jika menyebutkan bahawa masalah korupsi adalah
masalah negara. Tapi ternyata kita sendirilah yang ‘mengantongi’ bibit
cikal-bakal calon koruptor. Begitupun dengan masalah yang lain, kita jugalah
yang ikut bertanggung jawab atasnya. Mari, bicara dengan nurani bahwa
masalah-masalah ini adalah masalah-masalah yang kita perbuat sendiri, maka
untuk memperbaikinya dimulai dengan memperbaiki diri sendiri.
Kepada seluruh generasi muda, saatnya kita bangkit. Bangkit dengan
kondisi bangsa yang meresahkan ini. Indonesia tak akan terus seperti ini jika
kita sebagai anak bangsa sadar dan menghendaki perubahan.
Busungkan dada, berdiri tegap di negeri tercinta ini. Buat Ibu Pertiwi tersenyum dengan aksi kecil yang berujung perubahan.
Buka halaman selanjutnya, dan torehkan sejarah
indah di tahun 2014. Karena Indonesia, ada di tanganmu.
Yuk, muhasabah.
Yuk, muhasabah.
allahua'lambisshowab
Depan cermin, 1 Januari 2014. 00.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar