Ketika rindu menyerang, menelisik dalam rongga-rongga hati. Hati begitu sepi, bagaikan malam yang diguyur hujan.
Rasa rindu kerap kali menghiasi hari-hari anak rantau yang belum terbiasa jauh dengan keluarga. Apalagi dibarengi dengan keterlambatan pulang. Contohnya seperti saya saat ini. Sudah liburan, tapi harus menunda kepulangan karena ikut Program Semester Pendek (SP). Harus siap sedia dikurangi waktu liburannya. Sungguh dapat dibayangkan bagaimana tidak nikmatnya. Harusnya sudah leha-leha di rumah dengan berbagai agenda liburan, ya minimal ada dekat bersama keluarga. Tapi harus rela berlama-lama di tanah rantau. Ini masalah keputusan dan harus dipertanggungjawabkan.
Program Semester Pendek (SP) dikampus saya ada pada liburan semester ganjil. SP ini diselenggarakan bagi mereka yang ingin 'mendalami' (memperbaiki) mata kuliah yang telah ditentukan sebelumnya melalui voting masing-masing jurusan. Waktunya 1 bulan untuk mengikuti program ini. Pertemuan hanya 12 kali, 10 kali untuk menyampaikan materi, 2 kali untuk UTS dan UAS. Biasanya 3 kali dalam 1 minggu untuk setiap mata kuliah. Mahasiswa banyak yang tertarik mengikuti program ini karena dianggap dapat menghemat waktu kuliah, walaupun cukup menguras anggaran untuk liburan. Bayangkan saja, jika ada mata kuliah yang menurut kamu kurang memuaskan bisa berubah hanya dalam waktu 1 bulan (jika nilainya baik selama SP) dan tidak perlu mengikutinya lagi di tahun depan. Keren kan, siapa yang nolak!
Namun, tidak semudah itu dibayangkan. Meskipun banyak teman yang juga mengikuti program ini, tetap saja itu tidak bisa menghapuskan bayangan orang-orang rumah dan keinginan untuk pulang cepat! Saat-saat dimana, ingin setiap menit di sms atau di telepon. Jikalau bisa, ingin langsung menghadirkan mereka secara tiba-tiba jeng... jeng... dan langsung peluk. Entah mengapa ketika saya berada di dekat mereka hampir setiap waktu (sebelum merantau) rasa sayang, cinta, dan peduli itu tidak begitu nyata dan sering saya rasakan. Tapi setelah punya status 'anak rantau' ini, rasa itu nyata dan sering menghiasi hari-hari saya disini.
Satu pelajaran (lagi) mungkin yang saya dapat, bahwa berstatus menjadi 'anak rantau' rasa sayang, cinta, dan peduli dengan keluarga akan benar-benar nyata dan sering dirasakan. Sering bergumam "Ketika pulang nanti, saya harus membawa yang terbaik (apapun) itu." Hal ini mungkin akibat intensitas pertemuan kita dengan keluarga sangat berkurang. Perantauan yang paling dekat mungkin bisa bertemu dengan keluarga 1 kali dalam seminggu. Belum lagi teman-teman saya yang dari seberang pulau, mereka hanya bisa bertemu dengan keluarganya 1 kali pada saat liburan semester, ada lagi yang pulang 1 kali dalam 1 tahun. Pertemuan keluarga jadi momen spesial dan dinanti-nanti.
Status 'anak rantau' yang membuat saya tambah sayang dengan keluarga dan ingin selalu mempersembahkan yang terbaik. Untuk mereka...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar