Mengapa masih banyak
karakter pemuda yang jauh menyimpang dari karakter yang diharapkan bangsa ini?
Satu hal yang penting kawan, pemahaman! Banyak pemuda yang saat ini hanya
ikut-ikutan, terbawa kabar media yang diragukan kebenarannya, berkoar-koar
tanpa pengkajian awal. BACA! Adalah solusi dasar yang perlu ditanamkan, perlu
dibiasakan, dan dipertahankan. Dimulai dengan baca, pemahaman tersebut akan
diperoleh. Dengan pemahaman, perubahan itu datang. Kau percaya kawan? Buktikan
saja.
Baca! Salah satu teman
saya mengatakan, belum dapat dikatakan seorang mahasiswa jika belum baca 50
lembar dalam sehari. Menurut saya, 50 lembar adalah hasil komulatif dari buku
yang yang di baca dalam setiap harinya. Mulai dari buku pelajaran, kuliah,
literature, biografi tokoh, novel, koran, bahkan kitab suci. Dewasa ini, minat
baca Indonesia paling rendah di Asia yaitu, 51,7% (laporan Bank Dunia No
16369-IND, dan studi IEA (International Association for the Evaluation of
Education Achievement) di Asia Timur). Begitu miris. Minat baca harus
digalakkan sejak dini. Agar membentuk pemuda-pemuda yang cerdas dan kritis yang
bermoralitas. Kita harus berkaca pada negara-negara maju di luar sana yang
keranjingan membaca. Hal ini, menyebabkan produksi buku per-tahunnya sangat
banyak, hingga jutaan jenis buku dicetak. Buku telah dirasakan sebagai
kebutuhan. Di Jepang, bukan pemandangan aneh jika di stasiun, terminal, halte,
dan tempat umum lainnya banyak orang mengisi waktu luangnya, menunggu misalnya,
dengan membaca buku. Bandingkan di Indonesia kawan, apa yang terjadi? Jawab
sendiri, dan jadikan bahan eveluasi bagi diri kita masing-masing. Budaya dan
minat baca yang rendah di negeri ini, telah menyebabkan rendahnya produksi buku
rendah. Para penerbit tidak berani mencetak buku dalam jumlah banyak karena
akan rugi dengan sedikitnya pembeli. Pada akhirnya, harga buku membumbung
tinggi, dan semakin lengkaplah alasan untuk masyarakat, terutama generasi muda
untuk enggan membeli buku. Faktor lain yang menyebabkan minimnya minat baca di
kalangan generasi muda adalah warisan budaya lisan di Indonesia yang melahirkan
kebiasaan melihat dan mendengarkan.
Baca! Selain itu, bukan
hanya membaca buku. Buku pelajaran, kuliah, literature, biografi tokoh,
politik, social, agama, novel, atau jenis buku yang lainnya. Tapi juga
diharapkan dapat menganalisa apa yang terjadi. Analisa terhadap fenomena yang
terjadi di sekitar kita. Fenomena alam maupun fenomena sosial. Apa yang
dibutuhkan oleh sekitar kita, apa yang harus dilakukan, dan apa bukti nyata
untuk perubahan besar ini. Baca kondisi lingkungan, menumbuhkan kepekaan, dan
timbul kepedulian. Kepekaan yang saat ini sangat dibutuhkan. Kepekaan,
kepedulian terhadap nasib bangsa. Tidak jarang terjadi, bahwa membaca
lingkungan inilah yang sering dilupakan kita sebagai Director of Change.
Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan manusia lain dalam
segala urusannya yang seharusnya selalu menyertakan kepekaan dan kepedulian
dalam setiap langkah yang dilakukan.
Baca! Dimulai dari diri
kita. Mungkin yang lain belum minat baca, tapi kita sudah. Baca buku untuk
menambah wawasan dan kapasitas diri, dan baca kondisi serta situasi untuk
merealisasi. Pengaruhi lingkungan kita dengan baca itu nikmat, lezat, dan
sehat. Bukan hanya untuk teman rehat, apalagi berbuat maksiat atau buat kantong
berkarat. Mulai dari dirimu, keluarga, dan lingkungan. Perubahan itu di depan
mata kawan. Bangsa ini, butuh pemuda yang bukan hanya semangat tanpa pemahaman.
Tapi pemuda yang memiliki pemahaman untuk perubahan. Baca kondisi dan situasi,
paham, analisis, dan eksekusi. Hasilnya adalah perubahan.
Salam Semangat dengan
Pemahaman untuk Teman-teman Seperjuangan yang Mengharapkan Perubahan!!!