Sedikit merefleksi obrolan singkat dengan bapak saya
di Syawal beberapa hari lalu. Intinya begini, berbicara tentang kehati – hatian
atau kewaspadaan (mawas diri). Hal tersebut ternyata tidak hanya berlaku pada
sesuatu yang buruk saja. Terkadang, malah lebih jelas terlihat pengaruhnya pada
sesuatu yang sering kita anggap baik. Misalnya menolong, mengingatkan orang lain
atau hal baik lain yang sering terjadi disekitar kita. Singkat saja segala
bentuk hal baik itu kita sebut sebagai PERJUANGAN!
Tidak sedikit orang yang berpikir bahwa perjuangan ini demi agama, bangsa, dan negara atau yang lebih sederhana dari itu semua. Tapi apa yang terjadi pada kenyataannya? Tidak sedikit pula dari mereka yang berpikir demikian tapi akhlaknya tidak merepresentasikan dari apa yang mereka pikir tentang sebuah perjuangan. Mereka, yang bisa termasuk aku, kamu, dan dia. Momentum kedekatan kita pada Allah swt. yang tidak terasa nikmat bahkan interaksi yang sangat jauh denganNya. Memanfaatkan waktu-waktu luang dan tersembunyi untuk melakukan hal – hal yang bertentangan. Banyak berpikir tentang perjuangan besar tapi sering lalai melanggar hal – hal kecil dan sepele. Misalnya, merapikan kasur setelah bangun tidur. Bukankah hal besar terjadi karena hal – hal kecil dan sepele yang biasa dilakukan? Hati – hati!
Hati – hati ilusi perjuangan!
Apakah kita terjebak? Terjebak pada pencapaian –
pencapaian yang sesungguhnya jauh dari nilai – nilai perjuangan. Terjebak
dengan asyiknya berburu pencapaian untuk menunjukkan kemampuan dan keistimewaan,
menaklukkan tantangan, atau ingin jadi terkenal? Na’udzubillah...
Mari luruskan niat!
Satu hal yang perlu diketahui disini adalah tentang
konsep niat. Bukankah semua berawal dari niat? Niat yang lurus, artinya semua
kebaikan yang telah atau akan dilakukan semua benar – benar ditujukan untuk
sesama, tanpa pamrih, dan meyakini bahwa dunia ini perlu banyak orang baik yang
bergerak. Sulit memang dan perlu pembiasaan. Meskipun saat ini marak terjadi
kebaikan – kebaikan yang disalahgunakan. Meskipun teman saya pernah berkata
bahwa hidup saat ini pada kenyataannya adalah pilihan antara ingin jadi orang
curang atau dicurangi, ingin jadi orang yang dibunuh atau pembunuh, hanya itu
pilihannya. Namun percayalah, jika niat kebaikan itu telah tertanam dalam diri,
kita akan dipertemukan dengan orang – orang baik pula, lingkungan yang baik,
dan kesempatan berbuat baik. Percayalah bahwa apa yang kita lakukan, akan
berbalik pada diri kita sendiri meskipun tidak langsung dirasakan. Insya Allah
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri ...” (QS. Al Isra : 7)
Jadi, teruslah menjadi orang baik yang bergerak. Jika
suatu saat kita merasa ada yang kurang beres dengan semua itu, berhentilah
sejenak saja. Kemudian renungkan dan kembalilah pada nilai kebaikan yang
sesungguhnya hingga hal itu dapat kita sebut sebagai perjuangan yang mampu
direpresentasikan dengan akhlak serta hubungan kita dengan Sang Pencipta. Jangan biarkan semuanya hanya ilsui semata!
Allahua’lam
Meluruskan yang bengkok, 010815
(Didedikasikan buat babeh yang sering gue ‘pamerin’
foto – foto aksi, haha)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar