Minggu, 16 Juni 2013

KONTRIBUSI = KEHADIRAN (???)

Akhir-akhir ini banyak yang bertanya-tanya mengapa saya jarang ‘muncul’ di kampus, bertemu dengan teman-teman (internal). Mereka menyatakan bahwa saya telah ‘pindah haluan’. Entah apa maksudnya (???). Intensitas datang dan bertemu dengan mereka (internal) jauh dari tahun sebelumnya. Tidak jarang sindiran itu terucap dengan frontalnya, “Udah berapa tahun gak ke ***?.”
Padahal, minimal saya datang setiap minggu untuk datang piket jaga sekre (sepertinya gak pernah absen).


Dalam sebuah organisasi, eksistensi pertemuan anggota maupun pengurus adalah sebuah keniscayaan. Entah itu untuk merumuskan suatu kebijakan, atau hanya sekadar pertemuan santai untuk mempererat ikatan hati antarindividu pengurusnya.

Kahadiran, merupakan bentuk kerja yang nampak wujudnya. Kehadiran seorang individu dalam agenda-agenda sebuah organisasi adalah bentuk konkret dari peran aktifnya disana. Namun, jika disandingkan dengan kontribusi sebagai realisasi dari eksistensi kehadiran, bagaimana kedudukannya?

Kahadiran merupakan salah satu bentuk kontribusi. Kehadiran sering menjadi parameter besar kecilnya kontribusi dalam sebuah organisasi. Dan tidak dipungkiri memang ketika kehadiran menjadi penanda kesungguhan seorang individu dalam sebuah organisasi.

Akan tetapi, apakah semua kehadiran berujung pada kontribusi? Dan apakah kontribusi harus ditunjukkan dengan kehadiran?

Ini bukanlah tulisan berupa excuse untuk melegalkan ketidakhadiran individu dalam agenda-agenda organisasi da’wahnya, bukan pula hujatan bagi pihak tertentu yang minim kontribusi. Ini hanya sebuah refleksi, untuk diri-diri yang telah menisbatkan hidup dalam da’wah, dalam jama’ah.

Ikrar itu, syahadat yang telah diserukan dalam setiap helaan nafas, dan segenap aliran darah. Maka itu adalah janji manusia terhadap Rabbnya untuk senantiasa berorientasi pada da’wah Islam. Janji ini membutuhkan dan menuntut totalitas dan komitmen. Maka, setelah janji itu terucap secara sadar, konsekuensi dari-Nya harus siap direalisasikan. Insya Allah, kontribusi ini lebih dari sekadar hadir dalam pertemuan rutin, lebih dari sekadar menerima tugas dan amanah.

Kontribusi adalah sebuah kepastian. Usaha untuk mengoptimalkannya-pun demikian. Namun, kecerdasan dalam kontribusilah saat ini yang menjadi penentu. Kontribusi dapat berwujud apapun yang terbaik sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing individu. Kehadiran hanya menjadi salah satunya. Namun bukan satu-satunya.

Kontribusi tidak melulu ditunjukkan dengan kehadiran. Lebih dari itu, kesadaran untuk tetap berkontribusi meski tidak dengan menghadirkan raga di dalamnya tetap harus di optimalkan.

Allahua’lam bisshowab